Gimana Rasanya Kerja Bareng AI Setiap Hari?

Pagi Pertama: Ketemu AI di Studio

Pagi itu, jam 08.30, saya duduk di meja kerja yang penuh sketsa kertas dan secangkir kopi yang mulai dingin. Studio kecil di lantai tiga gedung tua itu selalu berisik: suara AC, tetesan air dari pipa yang kurang rapi, dan playlist lo-fi yang tak pernah berhenti. Klien minta “ilustrasi promo event ballroom yang elegan dan hangat” untuk acara akhir bulan — 48 jam tersisa. Saya ingat berpikir, “Kebetulan atau tidak, ini saatnya mencoba AI.”

Kenapa? Karena saya sudah sering merasa terjebak antara konsep visual yang saya bayangkan dan waktu yang menekan. Ini bukan soal mengganti proses manual. Ini soal menambah alat yang bisa mempercepat fase eksplorasi. Saya membuka software, mengetik prompt pertama, dan menunggu. Sensasi menegangkan. Seperti mengirim pesan penting dan berharap jawaban yang jujur.

Tantangan: Ketika Ide dan Deadline Berbeda Bahasa

Konflik langsung muncul. Output AI yang pertama: komposisi cantik tapi terasa klise—meja panjang, lilin, dan lampu gantung yang terlalu dramatis. Tidak salah, tapi juga bukan itu yang saya cari. Saya berbisik, “Lebih hangat. Kurangi dramatis. Tambahkan tekstur kertas.” Itu dialog internal yang terus saya ulang, sambil menyesuaikan prompt: parameter warna, referensi artis, moodboard singkat. Saya bahkan membuka halaman venue yang dikirim klien — lucunya link mereka mengarah ke contoh ballroom yang mirip dengan delraybeachballroom — untuk memastikan arsitektur dan palet warnanya.

Di sini saya belajar satu hal cepat: AI memberi banyak opsi, tapi tidak langsung tahu konteks klien. Semua output hanya permukaan. Tugas kita sebagai ilustrator adalah menggali makna di balik brief, lalu memandu AI ke sana. Itu proses kolaboratif, bukan outsourcing.

Proses: Dari Prompt ke Garis Besar

Proses saya selama dua hari itu berulang: prompt → refine → mask → retouch. Ketika sebuah gambar mendekati suasana yang saya inginkan, saya ekspor ke Photoshop; di sana saya lakukan paint-over dan penyesuaian komposisi. Teknik yang sering saya gunakan: gabungkan dua sampai tiga hasil AI dalam layer terpisah, gunakan layer mask untuk memadukan bagian terbaik, lalu tambahkan tekstur brush manual—garis tangan saya—untuk menjaga karakter ilustrasi.

Saya ingat jeda kecil ketika seorang anggota tim lewat dan bertanya, “Kok serius banget?” Saya jawab, “Ini prosesnya. AI dapat ide, tapi detail manusia yang membuatnya valid.” Perasaan antara lega dan was-was sering muncul. Lega karena iterasi jadi cepat; was-was karena takut hilangnya ‘tangan’ si ilustrator. Saya atasi itu dengan aturan pribadi: setiap proyek harus punya minimal 40% elemen yang dibuat manual atau diubah secara signifikan dari output AI.

Teknisnya juga ada hal-hal kecil yang penting: menjaga DPI 300 untuk cetak, menyiapkan versi vektor untuk logo event, dan memastikan warna CMYK tetap konsisten. Itu bukan hal yang AI selalu perhitungkan, tapi itu yang membuat pekerjaan profesional tetap rapi.

Hasil, Reaksi, dan Pelajaran

Di jam ke-44 saya kirim final ke klien. Balasan datang cepat: “Tepat sekali—hangat dan elegan.” Senang? Sangat. Tapi ada yang lebih berharga: proses itu mengubah cara saya bekerja. AI mempercepat eksplorasi dan membuka ide-ide yang sebelumnya sulit saya capai saat terjebak blok kreatif. Namun, peran manusia tetap krusial—memilih, menafsirkan, dan memberi nyawa pada gambar.

Pembelajaran praktis yang saya pegang sekarang: pertama, gunakan AI sebagai sparring partner, bukan pengganti. Kedua, buat aturan kerja yang menjaga orisinalitas—misalnya catatan edit manual dan transparansi ke klien bila perlu. Ketiga, terus pelajari teknik post-processing; kemampuan ini yang membuat output AI jadi karya Anda.

Akhirnya, bekerja bareng AI setiap hari itu seperti bermitra dengan kolega yang super cepat tapi netral: ia tak punya intuisi emosional, tapi punya kapasitas eksperimen tak terbatas. Tugas kita adalah memberi tujuan, konteks, dan sentuhan akhir manusia. Kalau Anda siap beradaptasi, AI akan memperluas kreativitas Anda—dengan syarat Anda tetap memegang kemudi.